Arti
Efisiensi
Beberapa
istilah yang dipakai dalam ilmu
administrasi adalah efisien, efektif dan rasional. Beberapa pengertian
tentang istilah-istilah itu dapat ditemukan dalam berbagai pendapat sebagai
berikut :
A.
Efisiensi
1.
James
L.Gibson dkk (1996:51) dalam Pasolong (2016:3).
Efisien
berarti perbandingan rasio keluaran
dengan masukan.
2.
Keban
(2014:222)
………penerapan
“cara untuk menghasilkan sesuatu”
yang diinginkan menjadi pusat perhatian
penilai. Menurut Keban parameter utama
yang sering digunakan adalah biaya (uang,
waktu, tenaga, dan energi) yang dikeluarkan dibandingkan dengan hasil
yang dicapai. Cara ini disebut kriteria
efisiensi (efficiency perfective),
dengan pengertian sebagai perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan (Keban,
2014:222)
3.
H.
Emerson dalam Soewarno (1983:15)
Yang
dimaksud efisiensi (effeciency) ialah
: “The ratio of input to output, benefit
to cost (performance to the use of resources)as that which maximizes results
limited resources. In the words, it was the relation between what is
accomplished and what might be accomplished” ( Efisiensi adalah
perbandingan terbaik antara input dan
output, antara keuntungan dengan
biaya( antara hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang dipergunakan) seperti
halnya juga dengan hasil maximum yang
dicapai dengan penggunaan sumber yang
terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan
apa yang harus diselesaikan).
Soewarno
(1983:15) menjelaskan apa yang dimaksud dengan input dan output. “Input adalah semua sumber (resources), yaitu sarana dan prasarana, yang digunakan dalam proses
produksi barang atau jasa. Contoh yang dikemukakan tentang sarana atau
sumber-sumber itu misalnya : tenaga kerja, (man),
biaya (money), bahan-bahan pokok (materials), peralatan atau mesin (machine), cara kerja (method), pemasaran ata pelayanan (market atau sevice), termasuk juga waktu (time).
Sedangkan prasarana ( berbentuk barang fisik ) misalnya gedung, pabrik, gudang,
alat transfortasi dsb.”
Bagaimana mengukur tingkat efisiensi? Indikator
apa yang dapat menggambarkan bahwa suatu usaha
telah memperoleh hasil dengan cara yang efisien ? Bagaimana menggambarkan bahwa input dan output telah digunakan
dengan perbandingan terbaik ? Soewarno
menjelaskan untuk mengukur efisiensi dibidang swasta relative lebih mudah jika
dibandingkan denga institusi pemerintahan. Hal ini disebabkan karena pada
bidang swasta dapat diukur dengan membandingkan profit ( keuntungan) dengan sumber
daya yang digunakan. Bagaimana dengan efisiensi dibidang pemerintahan ?
Soewarno (1983), menyatakan adalah sukar
untuk mengukur efisiensi didalam
pekerjaan pemerintahan dibanding dengan organisasi niaga. Tentang ukuran itu,
Soewarno (1983) dengan mengutif pendapat Mr. Sharp menyatakan bahwa:
- Didalam
pemerintahan efisiensi diukur dalam arti penghematan dari suatu kegiatan, yaitu apabila
pekerjaan telah diselesaikan dengan baik dengan biaya yang seminimum mungkin.
- Dapat
pula diukur berdasarkan atas penerapan pengujian secara pragmatis untuk setiap kegiatan.(applying pragmatic test of its
operations)
- Salah
satu penyebab adanya kesulitan dalam pengukuran efisiensi dibidang pemerintahan dibanding swasta
adalah adanya perbedaan motivasi. Pada usaha niaga / swasta, motivasi
untuk efisiensi itu baik perusahaan maupun pekerja/individu adalah keuntungan. Sedangkan pada
pemerintahan sangat berbeda. Motivasinya sangat tergantung kepada
orang/pejabat/aparaturnya. Soewarno,(1983)
- Beberapa
penulis juga berpendapat bahwa Efisiensi pada pekerjaan pemerintah dapat dilakukan bila para aparatur
pemerintahnya dapat menerjemahkan kehendak masyarakat di dalam suatu
pengambilan keputusan dan melaksanakan keputusan itu dengan cara terbaik.
Soewarno (1983)
4. Moenir. (1982:254)
Dengan mengutif Ensiklopedi Indonesia,
jilid 1 : 452 dalam Moenir. (1982:254) menyatakan bahwa Efisiensi adalah usaha
pada produksi untuk memberantas segala
pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun
gejala yang merugikan. Moenir
menjelaskan bahwa pada mulanya istilah efisiensi timbul dalam bidang ilmu
pengetahuan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi dikenal sebuah
prinsip memperoleh hasil
sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya atau bila ditujukan pada
keuntungan maka prinsipnya akan berbunyi mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan pembiayaan seminim mungkin. Menurut Moenir (1982)
prinsip ini tidak selamanya benar karena terdapat potensi atau ada kemungkinan
menjurus kepada usaha pemerasan tenaga manusia tanpa menghiraukan sisi
kemanusiaan. Akan tetapi dalam batas-batas aturan tertentu
masih dapat dipertahankan
Secara
matematis, Efisiensi dapat dijelaskan atau diwujudkan dalam simbol ∑ yang
merupakan hasil perbandingan antara O (output)
dengan I (input). Moenir (1982:254).
Dalam penjelasannya menyatakan bahwa output
adalah semua barang atau jasa yang dihasilkan, sedangkan input,
adalah semua biaya yang diperlukan dalam rangka menghasilkan barang atau
jasa tersebut. Kapan perbandingan itu dikatakan
efisien ? Moenir menjelaskan
bahwa hasil perbandingan akan efisien bila ∑
1
atau ∑ =
1. Mengapa harus lebih besar dari 1 ?
Menurut Moenir, karena bila hasil itu sama dengan 1, maka barang yang dihasilkan sama dengan biaya yang
diperlukan dan akan terjadi kerugian
khususnya kerugian tenaga kerja. Apalagi jika ∑ =
dalam kondisi ini akan dapat mempercepat kebangkrutan. Perbandingan Output
dengan input (
) biasanya digunakan dalam bidang produksi
untuk menetapkan produktivitas suatu usaha. Dalam
beberapa hal antara produktivitas dengan efisiensi terutama untuk
mengetahui adanya keuntungan (laba). Namun demikian, menurut Moenir kedua istilah
itu tidak selamanya dapat dipersamakan. Ada beberapa hal sehingga keduanya tidak
sama antara lain cakupan penggunaan
istilah efisiensi lebih luas dibanding produkstivitas. Produktivitas lingkup
penggunaanya sangat terbatas hanya berkaitan dengan hasil-hasil yang bersifat
fisik. Moenir (1982 : 255), setelah
meneliti berbagai definisi tentang efisiensi, menyatakan bahwa efisiensi adalah
suatu pengertian terhadap suatu keadaan , sehingga cara penilaiannya tidak
dapat dilakukan dalam waktu sambil lalu saja, melainkan harus dilakukan dalam
waktu yang cukup dan dilakukan dengan suatu penelitian.
Moenir (1983) memberikan penjelasan tentang sumber-sumber
daripada efisiensi dan juga tentang unsur - unsur yang harus ada dalam bidang
efisiensi. Menurut Moenis, sumber utama efisiensi adalah manusia, sedangkan
unsur-unsur efisiensi adalah
kesadaran, keakhlian dan disiplin.
Menurut Moenir, kesadaran dapat
mengarahkan sikap manusia kearah efisiensi. Hal ini juga berkaitan dengan sikap
hidup dan tingkah laku. Efisiensi tidak dapat diharapkan dalam tempo seketika
melainkan dilakukan dalam proses waktu yang panjang. Menurut Moenir, perilaku efisien harus dibentuk sejak masa
manusia lahir dan berlanjut dalam proses pendidikan. Moenir memberi gambaran
bahwa seseorang yang hidup sejak kecil dalam kesulitan serba kurang dan selalu
kerja keras, maka setelah dewasa dapat
dipastikan akan memiliki sikap tekun, rajin dan efisien. Dalam proses pengalaman hidup yang demikian,
akan terjadi proses latihan dan tempaan
menggunakan sesuatu secara hemat, mendahulukan kewajiban daripada
hak, menggunakan waktu dengan tepat,
kerja keras, menjadikan manusia yang menghargai waktu dan hidup efisien. Dalam kaitan ini Moenir
mengutif pendapat George Strauss yang menyatakan bahwa “…..low morale and poor motivation may lead to inefficiency and low
productivity”.
Unsur
efisiensi lainnya adalah keakhlian. Menur
ada
suatu kelebihan yang diperoleh bila sesuatu dikejakan seorang akhli dibidangnya,
kelebihan itu antara lain pekerjaan dapat dilakukan lebih baik,lebih cepat bila
dibandingkan dengan yang bukan akhlinya. Pernyataan ini selaras dengan
pernyataan bahwa efisiensi sangat tergantung pada unsur manusianya. Kalaupun ada yang berpendapat
bahwa peralatan sangat berpengaruh, tetapi unsur manusia lebih dominan. Namun
demikian perpaduan antara keakhlian dan peralatan yang memadai akan menjadi
dukungan yang sangat besar bagi manusia dalam mencapai efisiensi. Suatu
pertanyaan akan menuncul : Apakah keakhlian dapat menjadi jaminan atas
tercapainya efisiensi ? Jawaban yang disampaikan adalah ya. Moenir memberikan contoh seorang yang
sangat akhli dibidang mesin akan dapat mengetahui dengan tepat jenis kerusakan
mesin hanya dengan menengar suaranya saja berbeda dengan yang bukan akhli, dia
tak dapat memperkirakan jenis kerusakan tanpa
membongkar terlebih dahulu mesinnya. Dengan kenyataan ini efisiensi
dapat diperhitungkan. Perkembangan masyarakat dibidang tekhnologi sangat menjurus
pada spesialisasi (keakhlian) sehingga kleakhlian dibidang tertentu sangat
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Dibidang menajemen sumber daya manusia
sejalan dengan penempatan orang yang tyepat pada tempatnya. Bagi sebuah
organisasi keakhlian sangat menguntungkan karena dapat menunjang program
efisiensi. Kemajuan-kemajuan dibidang tekhnologi pada dasarnya sangat
membutuhkan spesialisasi keakhlian tenaga kerja. Dalam bidang produksi, keakhlian tenaga kerja
dapat mengurangi kerusakan produksi, menaikan produksi dan meningkatkan
pelayanan. Mengurangi kecelakaan kerja, mengurangi hasil produksi dibawah standar, yang pada
akhirnya akan menaikkan keuntungan dan meningkatkan pelayanan serta dapat
menambah kepercayaan masyarakat. Moenir, (1983:260)
Unsur
ketiga efisiensi adalah disiplin. Disiplin menurut Moenir, mengandung faktor waktu. Disiplin juga timbul dari
kesadaran. Perbedaan unsur kesadaran dan disiplin adalah soal waktu. Kesadaran muncul dalam waktu lama
sedangkan disiplin dapat tumbuh dalam tempo yang relatif singkat.
Pada mulanya disiplin terbentuk dengan paksaan melalui berbagai
peraturan, namun pada akhirnya akan
menjadi suatu kegiatan atau perbuatan yang biasa. Moenir menjelaskan bahwa
dalam disiplin terdapat 2 (dua) faktor penting, yaitu waktu dan kegiatan atau
perbuatan. Moenir memberi contoh tentang penerapan waktu dan disiplin, misalnya
soal lalulintas di jalan raya. Peraturan
yang tidak mengenal waktu adalah sebuah
larangan untuk tidak masuk pada suatu jalan tertentu. Bukan hanya diwaktu sibuk banyak kendaraan
akan tetapi berlaku selamanya walaupun jam 03.00 pada saat yang sangat sunyi
ketentuan itu harus dipatuhi. Inilah hubungannya antara waktu dengan
disiplin. Ada tuntutan disiplin dan
kesadaran yang tidak dalam
batasan waktu mentaati suatu peraturan. Dan sebaliknya terdapat berbagai
peraturan yang dibatasi waktu. Contoh yang diberikan adalah jam pemberangkatan
pesawat terbang, peluncuran satelit dsb.
Disiplin
dalam hubungannya dengan kegiatan dan waktu dapat diberikan contoh sebagaimana
dijelaskan Moenir (1983) antara lain sebagai berikut :
1. Yang
bekaitan dengan tata cara pekerjaan / kegiatan
a. Tata
cara mengerjakan suatu pekerjaan
terutama dalam bidang kerja yang tetap dan berulang.
b. Prosedur
penyelenggaraan kegiatan
c. pelaksanaan
pekerjaan
2. Sedangkan
dalam hubungannya dengan waktu , antara lain :
a. Keberangkatan
dan kedatangan suatu angktan/ tranfortasi
b. Datang
dan kembali pada tempat kerja
c. Beribadat
d. Penyelenggaraan
suatu kegiatan, misalnya pembanguna gedung, jembatan, dsb
Dalam
pelaksanaannya tentu perlu tata cara untuk mendorong dan menciptakan suasana keteraturan untuk mentaati waktu dan tata cara kerja.
Salah satu upaya itu adalah penjabaran tugas
dan wewenang yang jelas, prosedur pelaksanaan pekerjaan yang memadai dan
sederhana. Semua upaya itu sangat perlu diketagui dengan tepat oleh seluruh
anggota organisasi. Moenir mengutif Ordway Tead sebagai bedrikiut :
“
Basic in effort to have well disciplined
organization is the task of providing well organized and clearly functionalized
structure and procedure of organization into which each individual knows where and how he fits” (Upaya
yang mendasar untuk memiliki organisasi yang disiplin adalah tugas untuk
menyediakan struktur dan prosedur organisasi yang tertata dan terorganisir
dengan baik sehingga setiap individu
mengetahui di mana dan bagaimana dia melakukan pekerjaan)
Upaya
lain dalam rangka disiplin adalah penciptaan keseimbangan kepentingan antara
pribadi dan organisasi (Moenir, 1983). Contoh yang diberikan adalah gaji,
pelatihan, penghargaan. pendidikan dan latihan,
fasilitas, organisasi pegawai.
4.
Dwight Waldo (1982:94).
Dwight
Waldo menyatakan bahwa : “Kehematan (economy)
dan effisiensi adalah tujuan
terpenting kalau tidak dapat dikatakan tujuan tunggal dari studi administrasi.”
Disini Waldo menyatakan bahwa efisiensi adalah tujuan utama administrasi.
Efisien dibedakan dengan economy
(kehematan). Waldo juga menyampaikan
bahwa menarik orang-orang yang
baik kedalam pemerintahan belum cukup.
Menurut Waldo pemerintah harus bekerja secara hemat (ekonomis) dan
efisien.
5. Pasolong (2007)
Pasolong
setelah membandingkan berbagai definisi tentang administrasi oleh berbagai
akhli dibidang administrasi, menegaskan bahwa yang dimaksud efisien adalah
perbandingan terbaik antara input dan
output atau perbandingan antara
pengeluaran dan keuntungan. Perbandingan antara hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber
daya yang terbatas. “Dengan kata lain perbandingan antara apa
yang dihasilkan dengan apa yang
seharusnya diselesaikan” Dalam menjelaskan efisien, Pasolong (2007:5),
menyatakan bahwa jika output lebih
besar dari pada input berarti
efisien. Pasolong tidak menjelaskan apakah
output yang lebih besar daripada input
itu merupakan perbandingan yang terbaik. Hal ini penting diperhatikan karena
Pasolong juga menyatakan bahwa efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input dan output
6.
The Liang Gie (1996:171)
“Efisiensi
adalah suatu azas dasar tentang perb ndingan terbaik antara suatu usaha dengan
hasilnya “. Menurut The Liang Gie,
perbandingan itu dapat dilihat dari dua
segi, yaitu dari segi usaha dan
hasilnya. Dari segi usaha : “Suatu usaha dapat dikatakan efisien kalau suatu
hasil tertentu tercapai dengan usaha yang sekecil-kecilnya. Pengertian usaha
dapat dikembalikan pada 5 unsur yang terdiri dari : Pikiran, Tenaga, Waktu, Ruang dan Benda termasuk
uang. Untuk menjelaskan hal ini, The
Liang Gie memberikan gambaran sebagai berikut :
Gambar :1.1 Efisiensi segi usaha
![](file:///C:/Users/Fujitsu/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.gif)
Usaha
lebih kecil
Usaha terkecil
Sumber The Liang Gie (1996:172
Menurut
The Liang Gie, usaha C adalah yang efisien karena memberikan perbandungan
terbaik dilihat dari sudut usaha, yaitu
paling sedikit mengeluarkan 5 sumber
kerja untuk mencapai hasil tertentu yang diharapkan.
Dari
segi hasil, dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan disebut efisiensi kalu dengan
suatu usaha tertentu memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya, baik yang
mengenai mutunya ataupun jumlah satuan hasil itu. Untuk menjelaskan hal itu,
The Liang Gie menjmberikan gambaran sebagai berikut :
Gambar 1.2
Efisiensi dari segi hasil
Sumber : Sumber
The Liang Gie (1996:172
The
Liang Gie menyatakan bahwa huruf C adalah yang efisien karena menunjukkan
perbandingan terbaik ditinjau dari sudut
hasil, yaitu memberikan hasil yang paling besar mengenai jumlah atau mutunya.
Selanjutnya
The Liang Gie juga memberikan penjelasana tentang efisiensi pada berbagai
bidang kehidupan baik bersifat
perorangan maupun dalam arti yang lebih luas. Dalam bidang kerja, penerapannya
akan mendapatkan efisiensi kerja. Pada bidang ini efisiensi lebih dikenal
dengan efisiensi kerja atau dengan istilah work
simplification. Ide pokok konsepsi
ini menurut The Liang Gie adalah sebagaimana didunia barat yang menyatakan
bahwa selalu ada/terdapat suatu cara
yang lebih baik untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan penemuan cara-cara
yanglebih mudah. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh
kerja itu. The Liang Gie (1996:173) Analisis terhadap kerja itu dapat dilihat
dari dua sisi yaitu :Inti dan susunannya. Inti merupakan rangkaian
aktivitas menuju pencapaian tujuan, sedangkan
susunannya adalah cara-cara tertentu dalam
melakukan tiap-tiap aktivitas itu.
Sumber
1.
Dwight Waldo, Pengantar Studi Public Administration, (terjemahan;
Drs. Slamet W. Admosudarmo), Aksara Baru, Jakarta, cet ke III, 1982.
2.
Harbani Pasolong, Teori Administrasi Publik, Alfabeta,
Bandung, Cet; ke 7, 2016.
3.
Drs.Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen,
Gunung Agung, Jakarta,Cet ke 4, 1983.
4.
The Liang Gie, Adminstrasi Perkantoran, Liberti, Edisi
ke 4, Yogyakarta, 1996.
5.
Drs. A.S. Moenir, Tata Laksana(menejemen) Perkantoran dan
Penerapannya. Pradnya Paramita, Jakarta, cet ke 2, 1992.
6.
Prof Dr. Yeremias T. Keban,
SU,MURP, Enam Dimensi Strategis
Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu, Gava Media, Edisi ke 3, cet; ke
1, Yoyakarta, 2014.